Siapa pun Anda #AyoHijrah !! Bank Muamalat, Siap Menemani !!


                 


                   Berbicara mengenai hijrah, sebenarnya saya sendiri pun belum merasa kalau saya sudah berhijrah. Hijrah merupakan sebuah proses. Sebuah proses yang akan terus manusia lakukan sepanjang hidupnya. Karena, pada hakikatnya pun tak ada manusia yang sempurna.
                Namun, pada dasarnya manusia berubah, terus berubah dan terus mencari jati dirinya. Manusia terus belajar, bercermin dan menemukan hal-hal baru yang pada akhirnya terus menyadarkan dirinya untuk selalu dapat berbenah diri. Menjadikan hari esok, yang lebih baik dari hari ini. Konsep tersebut, selalu berusaha saya terapkan dalam diri saya. Sejak dahulu, saya selalu men-cap diri saya ini sebagai seorang introvert.  Sulit bergaul, sulit memulai bahan pembicaraan dengan orang lain, hingga tidak selalu berani untuk mengungkapkan pendapat. Meskipun begitu, saya sadar bahwa seharusnya saya bisa lebih baik daripada ini. Alhasil, saya selalu memfokuskan pada bagaimana caranya agar saya bisa menjadi individu yang lebih baik untuk diri saya sendiri maupun untuk orang lain. Berbagai cara saya lakukan, seperti dengan mengikuti beberapa komunitas, mempelajari hal-hal baru yang akan membantu saya dalam meraih kesuksesan, berusaha menjadi lebih produktif dan hal-hal lainnya yang saya rasa mendukung usaha saya dalam meniti karir untuk masa depan. Semua hal yang saya lakukan untuk menjadi pribadi yang lebih percaya diri, namun tanpa saya sadari hanya berorientasi pada masa depan kehidupan saya di dunia, karena keinginan untuk dapat di pandang lebih baik di mata manusia.
                Meskipun begitu, saya menunaikan sholat lima waktu. Keluarga saya bukanlah keluarga yang benar – benar religious, namun bukan juga keluarga yang modern. Setidaknya, kami tetap menjalankan rukun islam, namun tak menjalankan islam secara kaffah sebagaimana mestinya. Namun satu hal yang selalu saya ingat. Sejak dahulu, almarhum papah selalu mewajibkan sholat lima waktu. Kewajiban untuk sholat lima waktu tersebut, sudah papah ajarkan sejak saya kelas satu sd. Papah selalu mengusahakan semua sholat lima waktu itu saya dan adik saya kerjakan secara berjamaah dengan beliau. Mulai dari subuh, hingga isya. Pernah suatu saat, saya dan adik laki-laki saya yang hanya berbeda satu tahun usia, memulai sholat dengan candaan yang berlanjut dengan terus menahan tawa di sepanjang sholat. Gara-gara tingkah kami tersebut, papah marah besar dan menyuruh kami untuk berhenti sholat. Dahulu, saya tidak benar-benar paham akan kemarahan beliau, namun sekarang sedikitnya saya sadar bahwa tingkah kami saja seperti sedang menghina sholat, Naudzubillah.


                Ajaran untuk selalu menjalankan sholat lima waktu tersebut, ternyata terus menempel di benak saya dan menjadi suatu kebiasaan yang sudah saya lakukan sejak sd. Alhamdulillah, saya tidak pernah sengaja meninggalkan sholat. Sampai sini, saya menjadi manusia sombong dan selalu berpikir, “ yang terpenting, saya tidak pernah meninggalkan sholat lima waktu, bukan? “ dan merasa cukup dengan ibadah yang seperti itu saja, Subhanallah. Sementara itu, keinginan untuk berhijab masih jauh dalam benak saya. Di masa SMP, saat di mana sebenarnya sudah akhil baligh, saya justru masih senang mendandani rambut saya, bahkan saat itu saya rajin sekali mengoleksi berbagai macam aksesoris kepala  -__-. Suatu saat, sahabat saya mengajak untuk selalu mengenakan hijab ketika bersekolah. Satu kalimat dari jawaban pertanyaan ini selalu saya ingat hingga sekarang yaitu “ Sudahlah, aku mah ga mau berhijab, aku ga mau berhijab setengah-tengah, apalagi buka tutup hijab, nanti saja kalu sudah mau “ dengan nada yang mendadak ketus. Hahaha kalau ingat ini, sunggguh saya merasa dulu sangat jahiliyah.

            Keinginan untuk berhijab itu muncul ketika jalannya saya tidak dapat masuk sekolah negeri dan batal daftar di sekolah swasta yang umum (padahal sudah keterima). Mungkin disinilah jalan Allah yang membimbing saya untuk menguatkan hati dalam berhijab, yaitu dengan masuknya saya ke SMA swasta islam. Hidayah itu datang bukan karena ada musibah, bencana, atau hal-hal serupa yang umumnya membuat seseorang berhijrah. Keyakinan itu muncul, lagi-lagi karena kebiasaan. Kebiasaan mengenakan hijab di sekolah, kebiasaan berada di lingkungan yang mengharuskan wanita menutup auratnya sebagaimana yang islam ajarkan, sekaligus kebiasaan untuk lebih taat dalam beragama dalam lingkungan sekolah tersebut. Perasaan malu lama-kelamaan muncul, tiap kali bertemu lawan jenis. Mulai dari malu ketika berada di luar sekolah, dan jika tiba-tiba bertemu teman sekolah, hingga akhirnya benar-benar malu karena tidak menutup aurat. Akhirnya, pada bulan Desember, kalau tidak salah tahun 2012, saya memutuskan berhijab.
                Seiring berjalannya waktu, saya terus merasa nyaman dengan hijab yang saya kenakan. Namun, pertanyaan saya selanjutnya sudahkah saya benar-benar menjadi moeslimah yang baik? Sebenarnya, tidak ada titik balik yang benar-benar membuat saya kemudian ingin semakin mencintai islam jauh lebih dalam. Meskipun begitu, salah satu alasannya bisa dikatakan karena lingkungan dalam keluarga yang pada suatu waktu, semakin kaffah dalam islam. Seperti mama yang lebih sering datang ke kajian dan diskusi tentang islam, adik perempuan saya yang masuk pesantren, hingga hal-hal kecil lainnya yang membuat saya merasa perlu semakin memperdalam ilmu islam. Diawali rasa penasaran menyaksikan vido youtube berisi kajian islam dari ustadz yang sering mamah rekomendasikan saya pun langsung jatuh cinta dengan cara beliau menjelaskan keluasan ajaran islam. Saya pun sadar, begitu banyak ketidaktahuan saya mengenai agama saya ini dan begitu banyak hal-hal keduniawian yang bisa saja menghilangkan kepercayaan saya terhadap agama yang saya anut ini, jika tidak mempelajarinya lebih menyeluruh. Islam itu seharusnya menyeluruh, islam seharusnya menjadi jalan kehidupan kita sebagai umat muslim. Sebagaimana kewajiban manusia beribadah di muka bumi ini, menjadi khalifah bagi dirinya sendiri. Sebagaimana kehidupan dunia yang hanya sementara, dan akheratlah yang kekal.


                Saya memang belum sebaik kalian, tetapi itulah muslim dan saya adalah seorang muslim. Muslim adalah mereka yang beragama islam dan terus berusaha menjadi hamba Allah yang sebaik mungkin di sepanjang hidupnya. Ya, meskipun hijrah adalah suatu perjalanan yang panjang, namun saya tidak akan pernah benar-benar bisa berhijrah secara utuh jika saya tidak pernah mencobanya. Maka, saya berprinsip mulailah merubah hal-hal ke arah lebih baik dalam diri saya, dari hal terkecil sekalipun, sedikit demi sedikit. Kita tidak akan pernah tahu, justru perubahan yang sedikit itulah mungkin yang akan mengarahkan kita pada perubahan lainnya yang lebih besar.



    


                 Seperti yang dikatakan oleh Chief Executive Officer (CEO) Bank Muamalat, Achmad K. Permana, dalam launching gerakan #AyoHijrah di Muamalat Tower, Jakarta, Oktober 2018 lalu, menurut beliau,
          
          “Konsep berhijrah meliputi tiga hal, di antaranya memulai, melengkapi, dan           menyempurnakan   (kaffah). Hal-hal tersebut dapat dimulai dari hal-hal yang simpel, tidak hanya       berhijrah untuk             ibadah tapi juga dalam pengggunaan layanan keuangan yang sesuai dengan     syariat,”
          
                 Untuk itu, ke depannya saya pun mempercayakan Bank Muamalat Indonesia 
tak hanya sebagai sarana untuk menerapkan perbankan syariah dalam kehidupan saya, namun sekaligus sebagai fasilitator untuk mendukung hijrah saya. Kenapa? Karena saat ini, Bank Muamalat bukan hanya sebagai pelopor perbankan syariah pertama di Indonesia, melainkan juga layaknya menjadi agen yang mendukung nasabahnya untuk mau berhijrah. Baik sebagai tolak ukur bagi yang baru ingin berhijrah, atau sebagai teman yang melengkapi proses hijrah nasabah. Berbagai program menarik dalam kampanye 
#AyoHijrah oleh Bank Muamalat pun ditawarkan :




Selain program-program seperti di atas, gerakan #AyoHijrah  juga ditunjukan dengan perubahan nama-nama layanan perbankannya, yang kini menyematkan kata “hijrah” di setiap jenis layanannya, 







                Tahun ini, Insha Allah saya lulus kuliah. Memulai babak baru dalam kehidupan saya selanjutnya, tentu memerlukan perencanaan yang matang. Masih banyak mimpi-mimpi yang ingin saya capai dan untuk mecapainya saya memerlukan pemetaan keuangan yang cermat. Apalagi, untuk anak muda yang masih belajar mengatur pemasukan dan pengeluaran seperti saya. Untuk itu, saya tertarik untuk dapat memiliki iB Hijrah Rencana. Setelah saya cermati, ternyata banyak kemudahan dan manfaat yang bisa didapat dalam layanan perbankan jenis ini !!







                                        Ringan

Setoran pertama hanya dengan 100 ribu rupiah + bebas biaya administrasi bulanan






     



Fleksibel

Bisa pilih jangka waktu menabung sesuai keinginan Anda dari 3 bulan – 20 tahun




                         
            Nyaman

ü  Kenyamanan pengelolaan dana secara syariah.
ü  Fasilitas autodebit gratis yang otomatis memindahkan dana setoran bulanan dari rekening sumber dana.
ü  Saat jatuh tempo, saldo Tabungan iB Muamalat Rencana akan berpindahbuku secara otomatis ke rekening sumber dana Anda.







Terukur

Memberikan gambaran proyeksi jumlah dana yang akan diterima. Anda dapat mengetahui indikasi total dana dengan jumlah bagi hasil yang kompetitif





Melindungi

Nasabah akan mendapat perlindungan Asuransi Tafakul Keluarga







Tabungan iB Hijrah Rencana adalah solusi perencanaan keuangan yang tepat untuk mewujudkan rencana dan impian di masa depan dengan lebih baik sesuai prinsip syariah

                           Hijrah itu seharusnya menjadi sebuah kenikmatan. Kenikmatan untuk dapat lebih mendekatkan diri pada Sang Pencipta sekaligus menjadi kesempatan untuk dapat menerapkan lebih banyak syariat islam dalam berkehidupan. Dengan perencanaan keuangan masa depan secara matang dan didasarkan pada prinsip keislaman, hidup saya diharapkan akan menjadi lebih tentram dan kenikmatan berhijrah akan dapat saya rasakan, Insya Allah :).
               
                  Tak hanya dalam mempersipakan keuangan untuk masa depan, selanjutnya dalam transaksi keuangan sehari-hari saya pun saya ingin mulai menerapkan penggunanaan layanan perbankan syariah. Seperti untuk keperluan membayar berbagai tagihan hingga dalam berbelanja. Untuk itu, saya juga memilih membuka Tabungan iB Hijrah!! Yup! Jadi, layanan ini menawarkan berbagai manfaat menarik yang dapat nasabah dapatkan, didukung dengan kemudahan untuk membuka rekeningnya.
                      


                                                                              

                  Selanjutnya, karena saya sudah mempercayakan Bank Muamalat Indonesia sebagai layanan perbankan syariah saya, maka saya pun berharap selain dapat meninggalkan riba, perubahan kecil lainnya yang dapat saya lakukan adalah memperbanyak bersedekah, baik banyak maupun sedikit. Nah, untungnya Tabungan iB Hijrah juga sudah memberikan fasilitas yang memudahkan nasabahnya yang ingin  melakukan pembayaran ZIS (zakat, infak, dan sedekah).

                        Selain kedua layanan yang sudah saya ceritakan di atas, Bank Muamalat juga memiliki berbagai layanan perbankan syariah lainnya yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan kita-kita yang ingin menjadi nasabahnya. Ada beberapa pertimbangan yang pada akhirnya akan membuat kalian juga akan tertarik untuk mempercayakan pelayanan perbankan syariah kalian, pada Bank Muamalat Indonesia. Apa saja ?



                              Pada akhirnya, manusia sendiri yang menentukan. Tujuan seperti apa yang ingin dicapai dalam kehidupannya. Lucunya, boleh jadi manusia sering kali merasa seakan amal ibadahnya telah sempurna. Tak jarang, kita yang sebenarnya makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna ini, justru merasa tinggi karena berkah sempurna yang Ia berikan. Persoalan remeh-temeh dalam kehidupan beragama sadar maupun tak sadar dilupakan. Padahal, sekecil apapun perbekalan amal sholeh yang kita lakukan, bisa saja menjadi penghantar kita menuju Surga-Nya, Wallahualam Bhisawab. Namun lagi-lagi pada akhirnya, meskipun lingkungan pergaulan saya mungkin banyak mempengaruhi kekokohan iman saya, namun bagaimana upaya saya agar tetap dapat mempertahankan kekokohannya itulah yang pada akhirnya seharusnya dapat membawa saya pada arti hijrah yang sesungguhnya. 

         

Komentar

Postingan Populer