Catatan Sekolah Bersama Angkot





Oleh : Nadhifa Salsabila Kurnia


      ( Sumber: Gambarmania.website ) 

      Lontaran lelucon, disertai deraian suara tawa yang renyah ditemani angin semilir yang diam – diam memberikan kesejukan alami. Menjadi kenangan tersendiri yang masih amat membekas di benak saya. Semua moent tersebut terjadi di masa saya sekolah menengah akhir (SMA) yaitu antara tahun 2009 – 2014. Saat itu, saya bersekolah di salah satu SMA Swasta di Bandung. Sekolah tersebut, berada di wilayah Jln.Dipatiukur, Bandung. 
      Yup! Bisa dibilang, wilayah tersebut sebenarnya memang merupakan salah satu wilayah pusat keramaian di Kota Bandung. Apalagi, jikalau bukan karena juga berdekatan dengan Jalan Dago, yang terkenal akan kulinernya, maupun dikenal sebagai tempat tongkrongan anak muda. Mungkin, itu pula yang mejadi salah satu pertimbangan para oramg tua siswa yang akhirnya memilih sekolah SMA saya tersebut, sebagai tempat anak – anak mereka mengenyam jenjang pendidikan di bangku menengah ke atas. Selain itu, dikarenakan wilayah ini merupakan kawasan Bandung Utara, lingkungan yang asri dan sejuk tentu menjadi kelebihan tersendiri.
Banyak teman – teman saya yang lokasi rumahnya sebenarnya sangat jauh dari sekolah ini. Bahkan, ada yang sangat pas dikatakan seperti berpergian “ dari ujung ke ujung “. Namun, nyatanya mereka masih merasa nyaman dan betah bersekolah disini. Mereka, biasanya memilih angkot sebagai kendaraan yang digunakan untuk berangkat maupun pulang dari sekolah. Tak terkecuali, saya sendiri. 
Ada dua rute angkutan umum tersebut yang dapat saya gunakan. Pertama, saya dapat menaikki angkot Riung Bandung yang arahnya ke Dago atas. Kedua, saya dapat juga menaikki Angkot Caringin – Sadang Serang yang arahnya ke Cigadung. Tak sendirian, biasanya saya juga ditemani beberap teman yang juga arah rumahnya sama dengan saya. Hampir setiap hari, kedua jurusan angkot tersebutlah yang setidaknya salah satunya selalu menjadi saksi bisu hari - hari saya di masa SMA.

       Di Sekolah SMA saya tersebut, ada kegiatan kelas yang rutin dilaksanakan sekali pada setiap bulannya. Kegiatan tersebut adalah “Pengajian Kelas”. Pada kegiatan ini, setiap bulannya akan dicari seorang siswa yang bersedia menjadi tuan rumah untuk penyelengaraan kegiatan. Selain sebagai suatu bentuk silahturahmi, kegiatan ini juga sedikit banyak berperan dalam menjaga kekompakkan saya dan teman – teman semasa SMA saya dahulu. Tidak tanggung – tanggug, saya dan teman – teman sekelas saya biasanya tidak menyerah pada lokasi rumah teman saya yang “itu – itu saja” atau hanya di sekitaran sekolah.Kami juga seringkali berusaha menjamah rumah teman – teman saya, bahkan yang “dari ujung ke ujung” sedikitpun. 
Dahulu, kerap kali angkot yang menjadi pilihan kendaraan untuk berangkat beramai – ramai bersama teman - teman sekelas saya, untuk melakukan kegiatan pengajian kelas tersebut. Wilayah rumah – rumah teman saya, yang awalnya sebenarnya bias dibilang jaauh dari lokasi sekolah, menjadi teratasi dengan adanya angkot. Semakin jauh lokasi yang kita capai, semakin banyak kenangan yang kami buat di dalam angkot tersebut. Beberapa lokasi yang pernah saya hampiri mulai dari Padasuka, Antapani, Gede Bage, hingga Cibiru dan masih banyak lainnya.
Kemudahan menemukan jenis angkutan umum tersebut hingga kemudahan dalam bertransaksi untuk men-carter. Menjadi unsur – unsur penting yang menjadikan kami nyaman memilih lagi dan lagi angkot sebagai kendaraan kami dalam berkendara beramai – ramai. Selain itu, yang paling penting adalah kemurahan harga yang ditawarkan. Hanya dengan paling banyak membayar Rp.5.000.000,00 per-orang, angkot tersebut sudah bersedia membawa kami ke daerah yang amat jauh sekalipun. 

     Namun,perkembangan teknologi yang tak dapat terkendali menyebabkan banyak pekerjaan non teknologi, yang sedikit – demi sedikit terus tergeser dan tergantikan. Salah satunya, keberadaan angkot. Untuk ini, agar dapat tetap eksis, angkutan umum satu ini, memerlukan “penyesuaian” yang tepat. Ia juga harus bergerak dinamis, mengikuti perkembangan zaman. Angkot harus mamupu “ memantaskan diri “ agar tidak kalah saing dengan kendaraan umum lainnya yang semakin lama semakin banyak macamnya. 






Karya : Nadhifa Salsabila Kurnia
Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Komputer Indonesia

Komentar

Postingan Populer